Sutan Takdir Alisjahbana (1908-1994) Menuju ke Laut. Kami telah meninggalkan engkau, tasik yang tenang, tiada beriak, diteduhi gunung yang rimbun dari angin dan topan. Sebab sekali kami terbangun, dari mimpi yang nikmat. "Ombak riak berkejar-kejaran di gelanggang biru di tepi langit. Pasir rata berulang dikecup, tebing curam ditantang diserang,
\n \n\n \nsutan takdir alisjahbana puisi
Puisi "Aku dan Tuhanku" karya Sutan Takdir Alisjahbana adalah sebuah karya sastra yang memperlihatkan refleksi dan penghormatan penulis terhadap .. Aku dan Tuhanku Tuhan, Kaulahirkan aku, tak pernah kuminta Dan aku tahu, sebelum aku Kauciptakan Berjuta tahun, tak berhingga lamanya, Engkau terus-menerus mencipta berbagai ragam.

Puisi Sutan Takdir Alisjahbana Puisi Di Candi Prambanan Sutan Takdir Alisjahbana: Dari Jauh angin mengombak padi desir membuai daun Puisi Di Candi Prambanan Sutan Takdir Alisjahbana: Dari Jauh angin mengombak padi desir membuai daun. Sabtu, 9 Desember 2023 09:51 WIB.

Puisi "Menghadapi Maut" karya Sutan Takdir Alisjahbana menggambarkan pengalaman manusia yang menghadapi kematian dalam suasana perang. Menghadapi Maut. Kulihat, Kurasakan: Peluru mendesing menembus kening, Pedang bersinau memenggal leher, dan Tergulinglah jasad di tanah: Darah mengalir merah panas. Sekejap pendek: Kaki melejang-lejang, Urat Puisi Sutan Takdir Alisjahbana Puisi Layar Terkembang Sutan Takdir Alisjahbana: Kapalku merapat sisi Danau hilang warna dingin Puisi Layar Terkembang Sutan Takdir Alisjahbana: Kapalku merapat sisi Danau hilang warna dingin. Sabtu, 9 Desember 2023 10:01 WIB. Puisi yang dibacanya berjudul Taman Dunia karya Amir Hamzah. Cak Imin membaca puisi saat ziarah ke Makam Tengku Amir Hamzah. Puisi yang dibacanya berjudul Taman Dunia karya Amir Hamzah. Bahkan sosok Amir Hamzah pernah mendirikan majalah bernama Poedjangga Baroe bersama Armijn Pane dan Sutan Takdir Alisjahbana pada 1933. ADVERTISEMENT Puisi Api Suci Sutan Takdir Alisjahbana. Selama nafas masih mengalun, Selama jantung masih memukul, Wahai api, bakarlah jiwaku, Biar mengaduh biar mengeluh. Seperti baja merah membara, dYZd.
  • dq5lffa57a.pages.dev/213
  • dq5lffa57a.pages.dev/22
  • dq5lffa57a.pages.dev/316
  • dq5lffa57a.pages.dev/367
  • dq5lffa57a.pages.dev/188
  • dq5lffa57a.pages.dev/391
  • dq5lffa57a.pages.dev/184
  • dq5lffa57a.pages.dev/135
  • dq5lffa57a.pages.dev/273
  • sutan takdir alisjahbana puisi